Ada seekor kelinci yang berteman dengan seekor tupai. Suatu hari sang tupai mengajak kelinci ke sebuah hutan yang ditumbuhi banyak buah-buahan lezat. Di tengah jalan, tupai memperingatkan kelinci agar tidak terlalu banyak memakan buah nantinya. Karena buah di sana dapat menghipnotis, sehingga siapapun tak dapat berhenti memakannya. Maka katakanlah cukup jika Engkau telah merasa puas...
Sesampainya di sana, kelinci langsung melahap banyak sekali buah-buahan, berkali-kali tupai mengingatkan agar jangan makan terlalu banyak tapi si kelinci tak menghiraukannya.
Tanpa disadari, ada seekor singa yang mengintai mereka sejak tadi. Si tupai melihat singa tersebut dan memberitahu kepada si kelinci agar pergi. Tapi terlambat si kelinci tak dapat berlari karena kekenyangan. Akhirnya, si kelinci menjadi santapan singa siang itu.
Kawan.....
cerita di atas, sebenarnya tak jauh beda dengan kita sebagai manusia. Sangat susah bagi kita untuk mengucapkan kata "cukup". Mengapa??? Karena manusia adalah makhluk yang tak pernah puas dengan apa yang mereka dapatkan. Anak seringkali meminta uang jajan lebih pada orang tuanya. Tak pernah mereka merasa cukup. Demikian pula pegawai, tak pernah merasa cukup dengan gaji yang diberikan.
Sahabatku, . Kapankah kita bisa berkata cukup? Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup?
Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri. Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. "Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri.
Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.
Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri. Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. "Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri.
Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.
Dalam Al-Qur'an pun diterangkan bahwa "Barang siapa yang bersukur maka Alloh akan menambah kepadanya, dan barang siapa yang kufur maka siksa baginya"
Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.
Belajarlah untuk berkata "Cukup".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar